Sobat ibm, berpakaian dalam Islam tidak hanya soal menutup aurat, tetapi juga mengikuti nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran agama. Dalam hal ini, pakaian sunnah merujuk pada jenis dan cara berpakaian yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Namun, tidak semua pakaian yang dikenakan oleh umat muslim saat ini memenuhi standar yang digariskan dalam sunnah. Nah lho kok bisa? Terus apa beda pakaian Sunnah dan tidak sunnah? Yuk kita bahas!
Beda Pakaian Muslim Sunnah dan Tidak Sunnah
Berikut adalah beberapa perbedaan mendasar antara pakaian yang sesuai sunnah dan pakaian yang tidak sunnah.
1. Tujuan Pakaian
Pakaian Sunnah: berpakaian sunnah bertujuan untuk menjaga kehormatan, kesederhanaan, dan ketaatan terhadap syariat. Pakaian yang sesuai sunnah berfungsi sebagai pelindung dan tidak berlebihan atau mencolok.
Pakaian Tidak Sunnah: umumnya lebih menonjolkan tren dan estetika, kadang tidak mengutamakan kesopanan atau menutup aurat dengan sempurna. Tujuannya lebih untuk mempercantik penampilan, kadang berpotensi menarik perhatian lawan jenis secara berlebihan.
2. Standar Aurat
Pakaian Sunnah : Menutup aurat adalah syarat utama, dengan ketentuan bagi pria adalah menutup dari pusar hingga lutut, sementara bagi wanita menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Selain itu, pakaian harus longgar dan tidak menampakkan lekuk tubuh.
Pakaian Tidak Sunnah: Tidak sepenuhnya menutup aurat, atau jika menutup aurat, sering kali ketat atau transparan, yang tetap memperlihatkan lekuk tubuh. Bagi pria, pakaian seperti ini bisa berupa celana pendek yang tidak menutup lutut.
3. Jenis dan Potongan Pakaian
Pakaian Sunnah: Beberapa jenis pakaian sunnah antara lain jubah atau gamis untuk pria, yang panjangnya hingga mata kaki, dan kerudung atau jilbab panjang untuk wanita. Jubah Rasulullah biasanya sederhana, longgar, dan tidak menarik perhatian.
Pakaian Tidak Sunnah: Tidak mengikuti contoh pakaian yang dikenakan oleh Rasulullah dan para sahabat, seperti pakaian ketat atau memiliki potongan yang meniru pakaian khas non-Muslim. Pakaian ini bisa saja modern namun tidak sesuai dengan prinsip kesederhanaan dalam berpakaian.
4. Kesesuaian dengan Gender
Pakaian Sunnah: Dalam Islam, laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam pakaian yang disesuaikan dengan fitrah dan peran masing-masing. Laki-laki dilarang memakai pakaian atau aksesori yang identik dengan perempuan, seperti kain sutra atau perhiasan emas. Sementara wanita diharapkan berpakaian yang lebih tertutup dan menjaga diri.
Pakaian Tidak Sunnah: Cenderung tidak mempertimbangkan aturan ini, sehingga pria kadang menggunakan perhiasan emas atau pakaian yang mirip dengan pakaian wanita, atau sebaliknya, wanita menggunakan busana yang menyerupai pakaian laki-laki.
5. Niat dan Kesederhanaan
Pakaian Sunnah: Pakaian sunnah tidak hanya soal model, tetapi juga niat berpakaian. Mencontoh pakaian Nabi mengandung niat untuk menghidupkan sunnah dan menjaga kesederhanaan. Kesederhanaan ini menunjukkan rasa syukur dan tidak berlebihan dalam berpakaian.
Pakaian Tidak Sunnah: Dikenakan dengan niat untuk tampil menarik, mengikuti tren yang kadang tidak Islami, atau bahkan untuk pamer kemewahan. Misalnya, pakaian bermerek terkenal yang berharga mahal namun tidak memprioritaskan aspek kesederhanaan atau nilai-nilai Islami.
6. Jenis Bahan dan Warna
Pakaian Sunnah: Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam sering mengenakan pakaian berwarna putih dan sederhana, walaupun warna lain diperbolehkan. Bahan pakaian yang dikenakan juga cenderung sederhana dan tidak mengundang perhatian.
Pakaian Tidak Sunnah: Menggunakan bahan-bahan yang berlebihan atau mencolok, seperti bahan-bahan yang terlalu mewah, mencolok, atau ketat. Pria yang menggunakan sutra juga dianggap tidak mengikuti sunnah karena Rasulullah melarangnya.
Contoh-Contoh Pakaian Sunnah
Untuk Pria: Gamis atau jubah yang panjang hingga mata kaki, celana yang tidak melewati mata kaki, pakaian berwarna putih, tidak ketat dan menutup aurat dengan baik.
Untuk Wanita: Jilbab atau abaya yang longgar dan panjang, kerudung yang menutupi dada, niqab (opsional), dan pakaian berwarna sederhana dan dianjurkan berwarna gelap.
Penutup
Berpakaian sesuai sunnah bukan hanya tentang model atau jenis pakaian, tetapi juga tentang kesederhanaan, kesopanan, dan menjaga niat berpakaian untuk mematuhi ajaran Islam. Pakaian yang sesuai sunnah membantu kita untuk senantiasa menjalankan syariat dan menjaga adab serta akhlak. Memahami perbedaan ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang nilai Islam dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam hal berpakaian. Jadi sekarang jadi paham kan kenapa bisnis pakaian muslim sesuai Sunnah lebih dari sekedar cuan, yuk bisnis berkah dengan mengikuti tuntunan syariat! Jangan lupa baca peluang bisnis pakaian muslim sesuai Sunnah juga ya!
Posting Komentar